Minggu, 23 Oktober 2011



SELAMAT DATANG DI BLOGS BURHAN PUTRA

Sahabat...

Kulihat keletihan dari parasmu, keluhan pada kata katamu, kelelahan pada gerikmu, ketegangan pada jiwamu.
Hidup di saat ini memang semakin berat, hari2 kian panjang, pelita hati pun terkadang meredup bergoyang dipermainkan badai hidup.
Kutahu, karena kita melewati jalan yang sama.
Namun usia kita, adalah masa pendakian kita. Saat kita berjuang, dengan peluh dan pengorbanan. Saat kita menguji ketabahan. Saat kita mencari tahu dimana ujung titik nadir.

Sahabat...

Genggam cita dengan erat, kejar..., teruskan mengejarnya
Kejar dengan segenap jiwa raga, dengan cinta dan suka cita.
Impikan cita bagai merindu belahan jiwa, yakinlah ia menunggumu setia.
Menunggu dengan pakaian terindah, menunggu dengan senyum merekah.
Kutahu, karena saat ini pun ia sedang memandangimu.

Sahabat...

Walau kini posisi berdiri kita beragam, walau nanti puncak kita berbeda. Jangan jadikan sebagai halangan untuk bergandeng tangan. Namun artikan sebagai harmoni sang pencipta.
Dunia masih berputar kawanku, angin pun selalu berubah. Setiap tarikan nafas, setiap degupan jantung adalah anugrah.
Kesempatan tak pernah hilang, namun butuh kolam yang tenang untuk terlihat, butuh kehangatan untuk menguak kabut pekat.

Kuingin kita bersama hingga akhir perjananan nanti
Bercerita tentang indahnya perjalanan, lucunya sandiwara kehidupan, manis getirnya takdir.
Karena yakinilah kenikmatan pada sebuah perjuangan yang utama bukan pada hasil, namun dalam perjalanannya.
Maka berjalanlah dengan lapang dada, dengan hati berbunga.

Sahabat...

Perjalanan kita masih panjang, namun bersamamu aku riang
Beban kita kian berat, namun bersamamu aku semangat
Pikiran semakin penuh, tapi bersamamu ku tak jenuh
Penggalan jalan di depan masih kelam, tapi bersamamu kurasakan tentram.

Sahabat...
Terima kasih......
24-





Jumat, 21 Oktober 2011

PENJELASAN KEPRIBADIAN

Kepribadian adalah keseluruhan cara di mana seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain.[1] Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang.[1]
  1. Kepribadian menurut pengertian sehari-hari
    Disamping itu kepribadian sering diartikan dengan ciri-ciri yang menonjol pada diri individu, seperti kepada orang yang pemalu dikenakan atribut “berkepribadian pemalu”. Kepada orang supel diberikan atribut “berkepribadian supel” dan kepada orang yang plin-plan, pengecut, dan semacamnya diberikan atribut “tidak punya kepribadian”.
  2. Kepribadian menurut psikologi
    Berdasarkan penjelasan Gordon Allport tersebut kita dapat melihat bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) yang merupakan suatu struktur dan sekaligus proses. Jadi, kepribadian merupakan sesuatu yang dapat berubah. Secara eksplisit Allport menyebutkan, kepribadian secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan. [2]
Ciri-Ciri Kepribadian yang Sehat dan Tidak Sehat Posted on 4 Mei 2008
Ciri-Ciri Kepribadian yang Sehat dan Tidak SehatHingga saat ini, para ahli tampaknya masih sangat beragam dalam memberikan rumusan tentang kepribadian. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider (1964) mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.
Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu khas sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan afektifnya yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa teori kepribadian yang sudah banyak dikenal, diantaranya : teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, teori Analitik dari Carl Gustav Jung, teori Sosial Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari Murray, teori Medan dari Kurt Lewin, teori Psikologi Individual dari Allport, teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull, Watson, teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya. Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang di dalamnya mencakup :
 
 Daftar isi

Kepribadian yang tidak sehat :
   Mudah marah (tersinggung)
   Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
   Sering merasa tertekan (stress atau depresi)
   Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang
 usianya lebih muda atau terhadap binatang
   Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun
 sudah diperingati atau dihukum
   Kebiasaan berbohong
   Hiperaktif
   Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
   Senang mengkritik/ mencemooh orang lain
   Sulit tidur
   Kurang memiliki rasa tanggung jawab
   Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang 
bersifat organis)
   Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama
   Pesimis dalam menghadapi kehidupan
   Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan

[sunting] Faktor-faktor penentu kepribadian

[sunting] Faktor keturunan

Keturunan merujuk pada faktor genetis seorang individu.[1] Tinggi fisik, bentuk wajah, gender, temperamen, komposisi otot dan refleks, tingkat energi dan irama biologis adalah karakteristik yang pada umumnya dianggap, entah sepenuhnya atau secara substansial, dipengaruhi oleh siapa orang tua dari individu tersebut, yaitu komposisi biologis, psikologis, dan psikologis bawaan dari individu.[1]

Terdapat tiga dasar penelitian yang berbeda yang memberikan sejumlah kredibilitas terhadap argumen bahwa faktor keturunan memiliki peran penting dalam menentukan kepribadian seseorang.[1] Dasar pertama berfokus pada penyokong genetis dari perilaku dan temperamen anak-anak. [1] Dasar kedua berfokus pada anak-anak kembar yang dipisahkan sejak lahir.[1] Dasar ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja dari waktu ke waktu dan dalam berbagai situasi.[1]

Penelitian terhadap anak-anak memberikan dukungan yang kuat terhadap pengaruh dari faktor keturunan.[3] Bukti menunjukkan bahwa sifat-sifat seperti perasaan malu, rasa takut, dan agresif dapat dikaitkan dengan karakteristik genetis bawaan.[3] Temuan ini mengemukakan bahwa beberapa sifat kepribadian mungkin dihasilkan dari kode genetis sama yang memperanguhi faktor-faktor seperti tinggi badan dan warna rambut.[3]
Para peneliti telah mempelajari lebih dari 100 pasangan kembar identik yang dipisahkan sejak lahir dan dibesarkan secara terpisah.[4] Ternyata peneliti menemukan kesamaan untuk hampir setiap ciri perilaku, ini menandakan bahwa bagian variasi yang signifikan di antara anak-anak kembar ternyata terkait dengan faktor genetis.[1] Penelitian ini juga memberi kesan bahwa lingkungan pengasuhan tidak begitu memengaruhi perkembangan kepribadian atau dengan kata lain, kepribadian dari seorang kembar identik yang dibesarkan di keluarga yang berbeda ternyata lebih mirip dengan pasangan kembarnya dibandingkan kepribadian seorang kembar identik dengan saudara-saudara kandungnya yang dibesarkan bersama-sama.[1]

[sunting] Faktor lingkungan

Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar terhadap pembentukan karakter adalah lingkungan di mana seseorang tumbuh dan dibesarkan; norma dalam keluarga, teman, dan kelompok sosial; dan pengaruh-pengaruh lain yang seorang manusia dapat alami.[1] Faktor lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk kepribadian seseorang.[1] Sebagai contoh, budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yang secara intens berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada kultur yang lain.[1] Misalnya, orang-orang Amerika Utara memiliki semangat ketekunan, keberhasilan, kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan yang terus tertanam dalam diri mereka melalui buku, sistem sekolah, keluarga, dan teman, sehingga orang-orang tersebut cenderung ambisius dan agresif bila dibandingkan dengan individu yang dibesarkan dalam budaya yang menekankan hidup bersama individu lain, kerja sama, serta memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan dan karier.[1]

[sunting] Sifat-sifat kepribadian

Berbagai penelitian awal mengenai struktur kepribadian berkisar di seputar upaya untuk mengidentifikasikan dan menamai karakteristik permanen yang menjelaskan perilaku individu seseorang.[1] Karakteristik yang umumnya melekat dalam diri seorang individu adalah malu, agresif, patuh, malas, ambisius, setia, dan takut.[5] Karakteristik-karakteristik tersebut jika ditunjukkan dalam berbagai situasi, disebut sifat-sifat kepribadian.[5] Sifat kepribadian menjadi suatu hal yang mendapat perhatian cukup besar karena para peneliti telah lama meyakini bahwa sifat-sifat kepribadian dapat membantu proses seleksi karyawan, menyesuaikan bidang pekerjaan dengan individu, dan memandu keputusan pengembangan karier.[5]

[sunting] Cara identifikasi kepribadian

Terdapat sejumlah upaya awal untuk mengidentifikasi sifat-sifat utama yang mengatur perilaku.[6] Seringnya, upaya ini sekadar menghasilkan daftar panjang sifat yang sulit untuk digeneralisasikan dan hanya memberikan sedikit bimbingan praktis bagi para pembuat keputusan organisasional.[6] Dua pengecualian adalah Myers-Briggs Type Indicator dan Model Lima Besar.[6] Selama 20 tahun hingga saat ini, dua pendekatan ini telah menjadi kerangka kerja yang dominan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan sifat-sifat seseorang.[6]

[sunting] Myers-Briggs Type Indicator

Myers-Briggs Type Indicator (MBTI)[7] adalah tes kepribadian menggunakan empat karakteristik dan mengklasifikasikan individu ke dalam salah satu dari 16 tipe kepribadian. Berdasarkan jawaban yang diberikan dalam tes tersebut, individu diklasifikasikan ke dalam karakteristik ekstraver atau introver, [sensitif]] atau intuitif, pemikir atau perasa, dan memahami atau menilai[6]. Instrumen ini adalah instrumen penilai kepribadian yang paling sering digunakan.[8] MBTI telah dipraktikkan secara luas di perusahaan-perusahaan global seperti Apple Computers, AT&T, Citgroup, GE, 3M Co., dan berbagai rumah sakit, institusi pendidikan, dan angkatan bersenjata AS.[8]

[sunting] Model Lima Besar

Myers-Briggs Type Indicator kurang memiliki bukti pendukung yang valid, tetapi hal tersebut tidak berlaku pada model lima faktor kepribadian -yang biasanya disebut Model Lima Besar.[6] Selama beberapa tahun terakhir, sejumlah besar penelitian mendukung bahwa lima dimensi dasar saling mendasari dan mencakup sebagian besar variasi yang signifikan dalam kepribadian manusia.[9] Faktor-faktor lima besar mencakup ekstraversi, mudah akur dan bersepakat, sifat berhati-hati, stabilitas emosi, dan terbuka terhadap hal-hal baru.[9]

[sunting] Menilai kepribadian


Sepuluh kartu yang digunakan dalam Rorschach Inkblot test.
Alasan paling penting mengapa manajer perlu mengetahui cara menilai kepribadian adalah karena penelitian menunjukkan bahwa tes-tes kepribadian sangat berguna dalam membuat keputusan perekrutan.[1] Nilai dalam tes kepribadian membantu manajer meramalkan calon terbaik untuk suatu pekerjaan.[1]
Terdapat tiga cara utama untuk menilai kepribadian[1]:
  • Survei mandiri
  • Survei peringkat oleh pengamat
  • Ukuran proyeksi (Rorschach Inkblot test dan Thematic Apperception Test)

[sunting] Sifat kepribadian utama yang memengaruhi perilaku organisasi

[sunting] Evaluasi inti diri

Evaluasi inti diri adalah tingkat di mana individu menyukai atau tidak menyukai diri mereka sendiri, apakah mereka menganggap diri mereka cakap dan efektif, dan apakah mereka merasa memegang kendali atau tidak berdaya atas [lingkungan]] mereka.[10] Evaluasi inti diri seorang individu ditentukan oleh dua elemen utama: harga diri dan lokus kendali.[10] Harga diri didefinisikan sebagai tingkat menyukai diri sendiri dan tingkat sampai mana individu menganggap diri mereka berharga atau tidak berharga sebagai seorang manusia.[10]

[sunting] Machiavellianisme

Machiavellianisme adalah tingkat di mana seorang individu pragmatis, mempertahankan jarak emosional, dan yakin bahwa hasil lebih penting daripada proses.[10] Karakteristik kepribadian Machiavellianisme berasal dari nama Niccolo Machiavelli, penulis pada abad keenam belas yang menulis tentang cara mendapatkan dan menggunakan kekuasaan.[10]

[sunting] Narsisisme

Narsisisme adalah kecenderungan menjadi arogan, mempunyai rasa kepentingan diri yang berlebihan, membutuhkan pengakuan berlebih, dan mengutamakan diri sendiri.[1] Sebuah penelitian mengungkap bahwa ketika individu narsisis berpikir mereka adalah pemimpin yang lebih baik bila dibandingkan dengan rekan-rekan mereka, atasan mereka sebenarnya menilai mereka sebagai pemimpin yang lebih buruk.[1] Individu narsisis seringkali ingin mendapatkan pengakuan dari individu lain dan penguatan atas keunggulan mereka sehingga individu narsisis cenderung memandang rendah dnegan berbicara kasar kepada individu yang mengancam mereka.[1] Individu narsisis juga cenderung egois dan eksploitif, dan acap kali memanfaatkan sikap yang dimiliki individu lain untuk keuntungannya[1].

[sunting] Pemantauan diri

Pemantauan diri adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan perilakunya dengan faktor situasional eksternal.[11] Individu dengan tingkat pemantauan diri yang tinggi menunjukkan kemampuan yang sangat baik dalam menyesuaikan perilaku dengan faktor-faktor situasional eksternal[11]. Bukti menunjukkan bahwa individu dengan tingkat pemantauan diri yang tinggi cenderung lebih memerhatikan perilaku individu lain dan pandai menyesuaikan diri bila dibandingkan dengan individu yang memiliki tingkat pemantauan diri yang rendah.[11]

[sunting] Kepribadian tipe A


Donald Trump adalah individu berkepribadian tipe A.
Kepribadian tipe A adalah keterlibatan secara agresif dalam perjuangan terus-menerus untuk mencapai lebih banyak dalam waktu yang lebih sedikit dan melawan upaya-upaya yang menentang dari orang atau hal lain.[12] Dalam kultur Amerika Utara, karakteristik ini cenderung dihargai dan dikaitkan secara positif dengan ambisi dan perolehan barang-barang material yang berhasil.[12] Karakteristik tipe A adalah:[12]
  • selalu bergerak, berjalan, dan makan cepat;
  • merasa tidak sabaran;
  • berusaha keras untuk melakukan atau memikirkan dua hal pada saat yang bersamaan;
  • tidak dapat menikmati waktu luang;
  • terobsesi dengan angka-angka, mengukur keberhasilan dalam bentuk jumlah hal yang bisa mereka peroleh.

[sunting] Kepribadian proaktif

Kepribadian proaktif adalah sikap yang cenderung oportunis, berinisiatif, berani bertindak, dan tekun hingga berhasil mencapai perubahan yang berarti. Pribadi proaktif menciptakan perubahan positif daalam lingkungan tanpa memedulikan batasan atau halangan.[1]

[sunting] Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w Robbins, Stephen P.; Judge, Timothy A. (2008). Perilaku Organisasi Buku 1, Jakarta: Salemba Empat. Hal.126-127
  2. ^ http://www.psikologizone.com/pengertian-kepribadian-menurut-awam-dan-psikologi/06511225
  3. ^ a b c Stein, M. B.; Jang, K. L.; Livesley, W. J. (Inggris)”Heritability of Social Anxiety-Related Concerns and Personality Characteristics” A Twin Study”, New York: Viking, 2002. hal. 219-224.
  4. ^ Arvey, R. D.; Bouchard, T. J. (Inggris)”Genetics, Twins, and Organizational Behavior”, Greenwich, CT: JAI Press, 1994. hal. 65-66.
  5. ^ a b c Buss, A. H. "Personality as a Traits," American Psychologist, November 1989, hal. 1378-1388.
  6. ^ a b c d e f Arvey, R. D. (Inggris)"Genetics, Twin, and Organizational Behavior," Research in Organizational behavior, vol. 16, Greenwich CT: JAI Press, 1994, hal 65-66.
  7. ^ McCrae, R. R. (Inggris)"Reinterpreting the Myers-Briggs Type Indicator from the Perspective of the Five Factor Models of Personality," Journal of Personality, Ney York: Wiley, Maret 1989, hal. 17-40
  8. ^ a b "Identifying How We Think," Hardvard Business Review, Juli-Agustus 1997, hal. 114-115.
  9. ^ a b McCrae, R. R. (Inggris)"Special Issue: The Five-Factor Model: Issue and Applications," Journal of Personality, Juni 1992. hal. 304-315.
  10. ^ a b c d e Judge, T. A. "A Rose by any Other Name," Personality Psychology in the Workplace, Washington DC: American Psychological Association, hal. 93-118.
  11. ^ a b c Snyder, M. "the Psychology of Self-Monitoring," Psychology Bulletin, Juli 2000, hal. 530-555.
  12. ^ a b c Friedman, A. (Inggris)Type A Behavior and Your Heart, New York: Alfred A. Knopf, 1974, hal. 84.